Fiksi Adalah ✓Nilai 100
Memang cukup menarik bila kita membahas mengenai Fiksi Adalah terlebih untuk Anda yang saat ini memang sedang mencarinya. Seperti yang tertulis pada judul kita akan membahas tentang "Fiksi Adalah" secara lengkap, mulai dari awal hingga akhir dan kami menyusunnya sedemikian rupa supaya para pembaca dapat dengan mudah memahaminya. Baiklah yuk langsung disimak saja.
Uraian Lengkap Fiksi Adalah
Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Fiksi? Mungkin anda pernah mendengar kata Fiksi? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, jenis, ciri, fungsi, unsur dan contoh. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Pengertian Fiksi
Fiksi adalah lakon atau kisah yang bersumber dari khayalan. Dengan istilah lain, fiksi tidak secara cermat menurut histori atau realitas. Fiksi bisa diungkapkan dalam berbagai bentuk mulai dari catatan, pementasan langsung, sinema, acara televisi, animasi, tontonan video dan juga tontonan peran.
Jenis-Jenis Fiksi
Berikut ini terdapat 3 jenis jenis fiksi, yakni sebagai berikut:
1. Cerita Pendek
Ialah karangan yang terdiri dari 2.000 kata tetapi bisa lebih dari 7.500 kata. Batasan antara lakon pendek yang panjang dengan novella tidak demikian spesifik.
2. Novella
Ialah karangan yang terdiri dari 17.500 kata tetapi bisa lebi dari 50.000 kata. Karangan Joseph Conrad bertema Heart of Darkness (1899) ialah contoh dari novella.
3. Novel
Ialah karangan yang terdiri dari 50.000 kata atau bisa lebih.
Ciri-Ciri Fiksi
Berikut ini adalah ciri-ciri cerita fiksi yakni:
- Bersifat rekaan atau imaginasi pengarangnya
- Memiliki kebenaran yang relatif atau tidak mutlak (tidak harus)
- Bahasanya bersifat konotatif atau bersifat sindiran (bukan sebenarnya)
- Tidak memiliki sistematika yang baku
- Sasarannya emosi atau perasaan pembaca
- Memiliki pesan moral atau amanat tertentu
Fungsi Fiksi
Berikut ini terdapat beberapa fungsi dari fiksi, yakni sebagai berikut:
- Mengembakan makna berdaya guna dan aset makna normatif makna nilai estetis. Makna berdaya guna dihisap fiksi menurut kejadian keyataan rasional yang dijadikan titik dorong penceritaan. Makna normatif dan estetis diperoleh dalam fiksi menurut hasil akal budi dan pengaturan kedewasaan sastrawan dan visi penulis.
- Media untuk penyebaran anggapan inovatif, kerentanan rasa, kestabilan visi, kecendekiaan dan kebijaksanaan penulis kepada pembacanya atau pendengarnya.
- Fiksi pada dasarnya menumbuhkan pembaca mengidentifikasi, menjiwai, mengupas dan menyimpulkan makna-makna kemanusiaan.
Unsur-Unsur Fiksi
Unsur-unsur pembangun Karya Sastra (fiksi), yakni sebagai berikut:
1. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah yang melahirkan peristiwa (Saleh Saad dalam Lukman Ali, 1967: 122). Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Tokoh sentral atau tokoh utama.
- Tokoh periferal atau tokoh tambahan
Menurut Saleh Saad (1978:i-ii) penggambaran watak atau karakter tokoh cerita bisa disampaikan pengarang kepada pembaca dengan dua cara, uraian (telling) dan ragaan (showing). Uraian adalah pengarang menyebutkan secara langsung masing-masing kualitas tokoh-tokohnya. Sementara ragaan (showing) adalah metode penokohan dimana pengarang membiarkan tokoh memperkenalkan dirinya sendiri pada pembaca melalui kata-kata, tindakan dan perbuatan tokoh itu sendiri di dalam cerita.
2. Alur dan Pengaluran
Menurut Mochtar Lubis (dalam Soediro Satoto, 1986: 35-36), alur terdiri atas:
- Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan)
- Generating circumstances (peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak)
- Rising action (keadaan mulai memuncak)
- Climax (peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya), dan
- Denouement (pengarang memberikan pemecahan sosial dari semua peristiwa).
Berdasarkan tekniknya, alur dibedakan menjadi, alur maju (progresif), alur mundur (regresif), dan alur campuran.
Alur cerita fiksi dianggap baik apabila mengandung unsur-unsur berikut:
-
Plausibility (kemasukakalan)
Cerita berjalan secara masuk akal, saling berkaitan, dan terdapat hukum sebab akibat yang sifatnya alamiah. Misalnya, menceritakan seorang anak petani miskin buta huruf yang menjadi presiden. Harus ada sebuah titik cerita yang menjadi alasan kuat terjadinya perubahan tersebut.
-
Suprise (kejutan)
Cerita yang menarik seharusnya tidak hanya datar dan menjemukan. Ada kejutan-kejutan yang membuat pembaca tertarik mengikuti cerita hingga selesai.
-
Suspense (penasaran)
Timbulkan rasa penasaran pembaca pada akhir cerita dengan alur cerita yang tidak mudah ditebak.
-
Unity (keutuhan)
Antara awal cerita, tengah, dan akhir cerita adalah sebuah rangkaian yang utuh dan saling terkait.
3. Latar dan Pelataran (setting)
Latar ialah waktu, tempat, atau lingkungan terjadinya peristiwa. Suminto A. Sayuti (1988: 60) mengemukakan bahwa paling tidak ada empat unsur yang membnetuk latar fiksi, yaitu:
- Lokasi geografis yang sesungguhnya, termasuk di dalamnya topografi, scenery ‘pemandangan’ tertentu, dan juga detil-detil interior sebuah ruangan atau kamar.
- Pekerjaan dan cara-cara hidup tokoh sehari-hari.
- Waktu terjadinya action ‘peristiwa’ (tindakan), termasuk di dalamnya periode historis, musim, tahun dan sebagainya.
- Lingkungan religius, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh-tokohnya.
Latar belakang atau setting yang disajikan penulis tidak berlaku sebagai background semata, tetapi juga menjadi unsur pendukung yang memiliki peran penting menghidupkan sebuahcerita fiksi.
4. Sudut Pandang
Macam-macam sudut pandang yang dikemukakan S. Tasrif dalam Teknik Mengarang karya Moctar Lubis, terdapat 4 kemungkinan, yakni:
- Author Omniscient, pengarang menggunakan kata “dia” untuk tokoh utama, tetapi ia turut hidup dalam pribadi pelakunya.
- Author Participant, pengarang turut serta dalam bagian cerita menggunakan kata “aku” baik sebagai tokoh utama maupun peran pembantu dalam cerita.
- Author Observer, pengarang sebagai peninjau, seolah-olah ia tidak dapat membaca jalan pikiran pelaku atau tokoh cerita.
- Multiple atau campuran, perpaduan antara unsur-unsur di atas.
5. Gaya Bahasa dan Nada
Gaya bahasa meliputi pemilihan kata, penggunaan dialog, penggunaan detail, cara memandang persoalan, dan sebagainya. Menurut Suminto A. Sayuti (1988: 78) mengatakan bahwa gaya merupakan sarana sedangkan nada merupakan tujuan. Gaya bahasa adalah ciri khas pengarang.
Contoh Fiksi
Menurut pada bagian jenis jenis fiksi, terdapat beberapa contohnya, yakni sebagai berikut:
1. Contoh Cerita Pendek
- Neraka Dunia
- Katak Hendak Jadi Lembu
- Gadis Empat Zaman
- Si Dul Anak Jakarta
- Mencari Pencuri Anak Perawan
2. Contoh Novella
- Heart of Darkness
- Cinta Tak Kunjung Tiba
- Oh Mama Oh Papa
3. Contoh Novel
- Dilan 1990
- Siti Nurbaya
- Tenggelamnya Kapal Vander Wick
- Ketika Cinta Bertasbih
Demikian Penjelasan Materi Tentang Fiksi Adalah: Pengertian, Jenis, Ciri, Fungsi, Unsur dan Contoh Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi.
The post Fiksi Adalah first appeared on PAKDOSEN.CO.ID.
ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Comments
Post a Comment